Minggu, 01 Agustus 2010

Bagaimana dengan harapan kami ?

Assalamu'alaikum wrwb. Salam Sejahtera untuk kita semua

Dearest Super Parents......

Semoga email ini menjumpai Anda dalam keadaan penuh semangat dan suka cita membangun kebahagiaan di dalam keluarga.

Izinkan aku berbagi cerita yg ku alami beberapa jam yg lalu

--------------------------------------------------------------------------------------

Seperti biasa,sesaat sebelum tidur, kupandangi satu-persatu wajah buah hati ku tercinta yang sudah tertidur pulas. Pikiranku melayang jauh ke satu masa , + 14 th yl, saat diri ini melantunkan sejuta doa kepada Dia Yang Maha Mengabulkan agar dianugerahkan anak yang akan menjadi tumpuan kasih sayang dan harapan.

Kini, dua orang ksatria dan dua bidadari kecil menemani dan menghiasi indahnya surga mahligai rumah tangga dengan berbagai polah, gaya, canda, tawa, dan turut serta berbagai masalah yang mengiringinya.

Ku tatap wajah anakku yg tertua (kelas 1 SMP). "Bang, ayah berharap semoga engkau dapat menjadi kebanggaan ayah, perhatikan sikap dan prestasi belajar mu agar terjaga nama baik ayah", perlahan ku ucapkan di telinganya.

Lalu kuhampiri putraku yg kedua dan ku bisikkan padanya. " Nak, mulai sekarang kamu harus mandiri, jangan menyusahkan ayah dan ibumu. Jangan usil dan mengganggu adik-adikmu".

Selanjutnya kepada kedua putriku yang kini duduk di kelas 1 dan TK." Nak, semangat ya belajarnya. Ayah ingin kamu menjadi putri cantik yang cerdas seperti Aisyah ra", ku ucap harapanku yg semoga sampai ke dalam mimpinya.

Sesaat setelahnya.... aku tertidur......dan bermimpi...

Dalam mimpiku ini. aku melihat keempat anakku berdiri di sisiku yang sedang tertidur.

" Ayah, mengapa selalu melihat masalah dari harapan ayah. Sehingga ketika kami tidak mampu mewujudkan harapan itu, ayah berubah sikap kepada kami ?", ungkap anakku yg tertua.

" Pernah ayah menanyakan harapan kami kepada ayah ?. Tidak pernah.... Ayah tidak pernah menanyakan bahkan tidak mau tahu harapan kami kepada ayah..!", isak anakku yg kedua menahan emosinya.

" Aku cuma mau ditemenin ayah tiap hari maen kejar-kejaran sama nari-narian kayak dulu.."
" iya, aku juga mau ayah gak marah-marah lagi..."
" aku mau ayah nyediain waktu untuk ngajarin kita.."
" aku juga. aku mau ayah yang memperhatikan kami"
" aku mau ayah tahu jadwal pelajaran kami "
" aku mau ayah tahu masalah kami di sekolah "
" aku mau ayah yg baca surat dari sekolah "
" aku mau ayah menepati janji-janji ayah...."

Lalu anakku yg tertua menghampiriku sambil berkata , " Ayah, tanpa ayah minta pun , di dalam hati ini kami berharap menjadi kebanggaan ayah. Walaupun jarang sekali ayah memberikan penghargaan dan kebanggaan saat kami berhasil mencapai prestasi-prestasi kecil dalam hidup kami. Berhentilah sejenak ayah dan dengarkan harapan kami. Harapan kami sederhana. Cintailah kami, bimbinglah kami,dan perhatikan kami.."

Aku tidak dapat bergerak dan berkata-kata saat keempat anakku memelukku dan sambil menangis mereka berkata, " maafkan kami ayah, karena belum mampu membuatmu bangga - hingga kami tak pantas mendapat senyummu, perhatianmu, dan kebanggaanmu.."

Sesak dadaku...... seakan ada batu besar yg menghimpit diriku. Aku pun terbangun dalam keadaan malu karena keegoisanku dan kecewa akan sikapku..

Ku tatap kembali wajah mereka dan ku ciumi satu persatu sambil berkata, "Maafkan ayah mu nak, yang tak pernah mau tahu harapan kalian. Doakan ayah dapat membimbing kalian dengan penuh cinta...."

Bintaro, 02;30 WIB

Pak Eri

Senin, 19 Juli 2010

My Shio


. Karakter dan Sifat Dasar

Menurut kepercayaan masyarakat Cina, simbol Macan melambangkan kekuasaan dan keperkasaan. Macan adalah binatang petarung, gigih, dan tidak kenal takut. Shio Macan serupa dengan sifat asli macan. Ia selalu muncul pada saat yang tepat dengan pesona dan kejutan. Dorongan hati dan semangatnya membius sekaligus merangsang. Ia membangkitkan semangat orang sekelilingnya. Shio Macan senang memikat dan menjadi pusat perhatian.

Shio Macan tidak bisa berdiam diri, tetapi mudah curiga dan sulit mempercayai orang lain. Shio Macan sangat temperamental, tulus, penuh kasih sayang, murah hati, dan memiliki selera humor yang menakjubkan. Pemilik Shio Macan sangat mencintai anak kecil, binatang, musik jazz, atau apa saja yang bisa memancing imajinasinya. Jika terlibat dalam sesuatu hal, ia akan terjun atau terlibat secara total. Ketika Shio Macan sedang mengagumi sesuatu, bahkan bernafas pun akan dinomorduakan. Dalam bertindak, ia tidak pernah setengah hati. Shio Macan bisa dipercaya 100%.

Kenyakan Shio Macan menggeluti kehidupan seni sejak usia muda, mulai yang keranjingan hidup betualang, menyukai roman asli Perancis, melukis, penyanyi solo atau band, ataupun aktor. Selain optimis, Shio Macan tidak terlalu materialistis dan memedulikan keamanannya. Seringkali, pemilik Shio Macan bertindak berdasarkan dorongan hati, mengekspresikan keinginan diri, menegaskan identitas, atau menciptakan kepribadian yang berbeda dengan kelaziman. Di mata orang awam, penampilan Shio Macan terlihat agak norak. Namun, 9 dari 10 orang cenderung akan menyokongnya, meski sambil menggelengkan kepala sekaligus menahan nafas menyaksikan aksi ‘gilanya'.

Dalam keadaan normal, orang bershio Macan terlihat ceria, terbuka, optimis, hangat, humoris, dan bahkan romantis. Ia bisa melucu, bisa juga sangat mesra, atau bahkan bisa menjadi seorang pemarah yang sangat sentimentil. Namu, ia punya kecenderungan posesif. Dan, kalau kesal atau ‘jatuh', ia sangat membutuhkan ‘segerobak' simpati dari teman-teman dekatnya. Jangan pernah berdebat siapa yang benar dan siapa yang salah di depan pemilik Shio Macan. Baginya, logika sama sekali tidak berarti apa-apa. Jangan segan-segan untuk menghiburnya. Ia akan melakukan hal yang sama dua kali lipat ketika keadaanya sudah membaik. Ia suka mendengarkan kata-kata atau nasihat bijak, tetapi bukan berarti ia akan mengikutinya. Tidak peduli seberapa kalut pikirannya, seberapa dalam kekecewaannya, atau seberapa kuat tekanan mengepungnya, orang bershio Macan tidak akan pernah patah semangat. Rasanya, ada energi hidup yang selalu berkobar di dalam diri Shio Macan.

Shio Macan mempunyai ego yang besar. Dunianya tidak lepas dari gelimang uang, kekuasaan, dan ketenaran. Pada masa mudanya, Shio Macan habis-habisan mengejar sukses dan mewujudkan mimpinya. Ketika usianya memasuki senja, ia tetap tidak rela untuk berpangku tangan. Staminanya seakan tak pernah habis untuk melakukan hal-hal menantang yang belum sempat dilakukannya. Ia mencintai kehidupan dengan mereguk isinya hingga puas. Kehidupan Shio Macan memang berubah-ubah, diwarnai tawa, air mata, sakit hati, kegembiraan, putus asa, dan kecamuk emosi. Ia sama sekali tidak mau dikasihani. Kelemahan Shio Macan adalah sikap terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Sudahkah Kita Menjadi Idola Bagi Buah Hati Tercinta ?


Assalamu’alaikum wrwb …. Salam sejahtera untuk kita semua

Dearest Super Mom & Dad

Semoga rewriting ini menjumpai rekan-rekan dalam keadaan penuh semangat menggapai keberhasilan hidup sebagai upaya membangun kualitas kebahagiaan di keluarga.

Keluarga adalah tempat terbaik untuk melatih semua kualitas pribadi yang kita butuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Karena, keluarga adalah tempat pertama dan terbaik bagi kita untuk berlatih membuktikan bahwa cinta kasih kita adalah kekuatan terbesar yang bisa dimiliki oleh sekelompok orang untuk berhasil melalui ujian-ujian terberat dalam kehidupan; (Mario Teguh )

Sahabat Super Mom & Dad …..

Ketika kita menyadari bahwa keluarga adalah tempat terbaik menempa karakter-karakter kesuksesan dan kepemimpinan, maka tidak ada lagi alasan bagi kita untuk menghindari tugas-tugas meneladankan, membimbing, menganjurkan, mengingatkan, dan mengharuskan kebaikan kepada diri kita dan buah hati tercinta.

Sudahkah diri ini menjadi idola bagi buah hati tercinta ?.

Beberapa hari yang lalu aku menerima email dari seorang ibu yang baik hatinya. Ia menceritakan kegelisahan dan kekecewaan terhadap putra tertuanya. Anaknya yang saat SD dan SMP adalah siswa yang berprestasi dan begitu taatnya pada orang tua, kini berubah menjadi anak pembangkang, keras kepala, dan berani berkata-kata kasar kepada orang tuanya.

Ahad kemarin aku bertemu pula dengan murid TPA yang kini sudah beranjak SMA. Dengan rokok di tangan, ia mengeluarkan semua unek-uneknya – bahkan lebih cenderung pada kebencian – mengenai kedua orang tuanya. Ia merasa seperti boneka tak diberikan hak untuk memilih dalam hidup ini. .Ia ingin berontak karena malu dikata-katain teman sebagai anak mami.

Ayahnya yang dianggap “sok suci dan jaim” di luar rumah, hanyalah pribadi yang penuh kepalsuan. Bahasa yang digunakan sang ayah saat berperan sebagai tokoh masyarakat dan pemuka agama, berbeda sekali dengan bahasa yang digunakannya saat berperan sebagai seorang ayah. Sehingga, ayah baginya hanyalah orang dewasa yang selalu memaksakan kehendak dan hanya mengenal bahasa “harus”. Dan ini mewarnai setiap ada pembicaraan kecil di keluarga, yang dibicarakan selalu kekurangan dan kesalahan-kesalahan pada diri sang anak.

Super Mom & Dad terkasih………….

Dua peristiwa di atas menggugah jiwa ini untuk merenungkan diri. Suatu saat, segala sikap, tindakan, dan bahasa yang ku gunakan kepada anak-anakku kini – akan berbuah sama dengan kisah tersebut.

Terlintas sebuah pikiran ( ku tak tahu… apakah ini salah satu bentuk penggampangan), bahwa aku masih memiliki waktu untuk mengubahnya karena anak-anakku masih SD. Ya… masih ada waktu.

Namun … seberapa cepatkah atau tepatnya waktu yang kubutuhkan untuk menjadi idola, teman baik, dan teladan bagi anak-anakku ?

Seandainya diri ini telah melaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, membimbingnya dengan penuh kesabaran, menganjurkannya dengan kata-kata yang menyemangati nya, mengingatkannya tanpa lelah dan tidak membosankan, serta mengharuskannya dengan penuh kasih sayang – mungkin hari ini ….. ketika buah hatiku ditanya,” nak, siapakah tokoh idola yang paling kamu sukai ?”.

Dengan mata berbinar dan penuh kebahagiaan, ia akan menjawab ,“ Dia adalah ayah dan bundaku !”. Yang keluar adalah kata-kata indah yang akan menghilangkan rasa lelah dari rutinitas harian, melepaskan beban hidup, mencerahkan hati, menyemangati jiwa, serta menghadirkan kebahagiaan dalam hari-hari yang akan kulalui bersamanya.

Hingga…… muncul pertanyaan dalam diri ini…. Bilakah hal itu terjadi ?..

Rekan-rekan Super Mom & Dad ……. Semoga tulisan ini meningkatkan kesungguhan kita untuk menjadi idola bagi buah hati tercinta

Wassalam..

Have a nice day …..
Eri Setiawan

Mengapa Nilai Anak Saya Turun ?


Deares Super Mom and Super Dad…. Semoga email ini menjumpai Anda dalam kesungguhan menggapai kualitas terbaik sebagai modal menjalankan peran-peran dalam kehidupan.

Dalam sebuah kesempatan, ada orang tua murid bertanya, “ Pak, kenapa kok anak saya dan juga banyak anak yang lainnya sejak diajar sama Bapak nilainya pada turun ?. Waktu mereka kelas 4 koq bagus-bagus, sekarang turun nilainya “.

Sedih saya mendengarnya. Sebuah pertanyaan yang sudah menjurus pada judgement tanpa melalui analisa lebih lanjut. Sehingga muncul pertanyaan dalam diri saya untuk melengkapi pertanyaan itu. Pelajaran yang mana? Karena setiap bidang studi gurunya berbeda. Perbandingannya apa?

Kalau tahun sebelumnya,ini perbandingan yang salah. Karena tingkat kesulitan dan indicator yang harus dikuasai berbeda antara 4th grade dan 5th grade.

Namun saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena hal ini undangan untuk saya memperbaiki cara-cara saya dalam mengajar dan memotivasi siswa.

Untuk itu, daripada menyalahkan, yuk kita cari akar masalahnya dan jalan keluarnya. Sebagai langkah awal, saya mengajak Anda sekalian untuk mengkaji sebuah teori yang dikemukakan oleh Brofenbrenner.

Teori Brofenbrenner yang berparadigma lingkungan (ekologi) ini menyatakan bahwa perilaku seseorang (termasuk motivasi dan prestasi belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya.

Adapun lingkungan di luar diri orang oleh Brofenbrenner di bagi dalam beberapa lingkaran yang berlapis-lapis :

1. Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu lingkaran sistem mikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat penitipan anak, teman bermain, tetangga, rumah, tempat bermain dan sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh anak.

A. Rumah/Keluarga

Dearest Super Parents…. Tingkat motivasi dan konsentrasi siswa yang berangkat dari rumah dalam keadaan ceria dan tanpa masalah jauh di atas siswa yang berangkat dari rumah dengan menyimpan masalah.

Masalahnya beragam dan terkadang sepele. Pola asuh yang permissive, sampai salah pakai baju seragam, ortu yang banguninnya “dirasakan” nyakitin perasaan, ortu maksa pakai kaos kaki yang gak disukainya, diomelin kakaknya karena lambat, snack time yang gak disukainya, dan lainnya, mampu mempengaruhi sikap dan motivasi belajar siswa.

Yang lebih memperparah adalah ketika keluarga sudah menjadi ajang penghakiman, pembedaan kelas, pembanding-bandingan, yang menyebabkan jiwa dan perasaan anak tak nyaman untuk berangkat dan mengikuti aktifitas pembelajaran. Untuk itu, salah satu upaya agar anak sukses dalam belajar adalah jadikan setiap langkah awal keluar dari rumah, siswa merasa bahagia, termotivasi, dan penuh percaya diri tanpa harus dibanding-bandingkan.

Selain itu, pola asuh pun mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Anak-anak yang terbiasa mendapatkan kemudahan apapun yang mereka inginkan dari orang tua, cenderung untuk tidak mau berupaya lebih ketika menghadapi tugas-tugas yang dibebankan padanya. Begitu pula sebaliknya, seorang anak yang selalu diberikan syarat dan tantangan bila ingin mendapatkan sesuatu, memiliki daya juang yang tinggi dalam belajar.

Termasuk pula tanggung jawab orang tua untuk melakukan reinforcement bagi anak-anaknya saat mereka belajar di rumah. Seberapa seringkah kita meluangkan waktu untuk menemani mereka menguasai pelajaran yang sedang mereka pelajari? Apa yang sedang dipelajari oleh mereka ? Apa saja materi yang belum dikuasai dengan baik oleh mereka? Dll.

Kunci untuk mensukseskan prestasi belajar anak di sekolah tidak lain adalah keharmonisan rumah tangga. Yang penuh cinta dan kesadaran akan tugas serta peran masing-masing.

Selama saya mengajar, beberapa kali saya menemukan siswa yang prestasi belajarnya menurun karena disebabkan rumah tangga orang tuanya diambang perceraian.

Saya jadi teringat sebuah pepatah dari dunia parenting
Masalah anak-anak kita bermula di rumah, dan dapat diatasi di rumah.

Super Moms and Dads…… semoga ini bukan dianggap pembelaan diri tetapi memang berdasarkan teori dan pengalaman yang dirasakan sebagian besar guru. Sehingga sedih hati ini bila menurunnya prestasi belajar anak hanya ditimpakan kepada guru, baik oleh orang tua, maupun kepala sekolah.

Insya Allah tulisan ini akan bersambung ke aspek yang lain ; guru, interaksi guru dan ortu, pertemanan di sekolah dan di rumah…..

Dengan penuh cinta kami ucapkan….. selamat menyelami dunia anak dan pendidikan..

Tangerang Selatan, 1 Maret 2010

Pak Eri

JANGAN PERNAH LELAH MENCINTAIKU....


Ayah dan Bundaku tercinta…. Maafkan aku jika harus berkata jujur
Mungkin yang akan ku sampaikan ini akan menyesakkan dadamu
Tapi ini harus ku sampaikan …. demi masa depan ku
dan juga masa depan kalian berdua yang aku cintai

Karena………………………….
Aku tak mau suatu saat nanti menjadi sumber derita bagi mu
Aku tak mau saat dewasaku menjadi musuh yang akan menyakiti hatimu
Aku tak mau menjadi sebab rusaknya nama baikmu
Aku tak mau menjadi beban kehidupan saat menjelang senja usiamu
Dan…. ku tak mau menjadi sebab bagimu mendapat siksa Allah saat hari perhitungan itu datang

Untuk itu ku berharap kepada kalian……. Wahai ayah Bundaku tercinta
Cintailah aku….. kasihilah aku…… agar aku mampu mencintai kalian sampai akhir kehidupan
Bimbinglah aku…. Didiklah aku….. agar aku mampu mengisi hari-hari yang akan kita lalui penuh dengan kebahagiaan, kegembiraan, kedamaian, keceriaan, dan penuh kebanggaan di dalam hati kalian

Ayah Bundaku tercinta……
Ku berharap kalian takkan pernah lelah mengasihi dan mencintaiku
Karena aku adalah buah dari cinta dan kasih sayang yang teruntai panjang
Sepanjang kisah hidup kalian yang beriring dengan impian dan harapan

Yaa… aku terlahir dari dua hati yang mencurahkan kasih sayangnya
Yang masing-masing berharap agar buah cinta mereka menjadi kebanggaan dan sumber kebahagiaan

Wahai Ayah Bundaku…… Yaa kalianlah
Yang bersedia menggantikan kebahagiaanku saat di taman ruh yang penuh dengan Kasih Sayang-Nya
Dengan janji kebahagiaan yang tercurahkan dari hangatnya cinta dan kasih sayang yang kalian berikan…
Sebagai wujud syukur akan karunia yang diamanahkan-Nya.

Dan ku yakini seyakin akan datangnya mentari pagi
Cinta…. Kasih Sayang…… Penghargaan…. Perhatian… dan bimbingan yang kalian berikan
Adalah bekal terbaikku – dan juga tabungan terbaik untuk kalian- menggapai kemuliaan hidup di dunia dan akherat….

Untuk itu.. wahai ayah Bundaku tercinta….. jangan pernah lelah mencintaiku

CARA "MARAHIN" ANAK YANG BAIK


Assalamu’alaikum wrwb…. Salam Sejahtera bagi kita Semua.

Dearest Super Mom and Dad….. semoga email ini hadir di tengah-tengah kehangatan keluarga yang sedang berbagi cinta dan kasih sayang

Dearest Super Mom and Dad…..
Sebuah ajakan diskusi yang menarik dari sahabat Baron Rudikariadi tentang bagaimana cara memarahi anak yang baik ?.

“Marahin”. Suatu kondisi yang menggambarkan emosi memuncak dalam diri seseorang. Jika digunakan kata tersebut pada kata “Marahin Anak” – berarti ada kesalahan dari sikap, prilaku, perkataan dan tindakan yang dilakukan sang anak yang dianggap bertentangan dengan harapan orang tua atau bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh orang tua.

HARI GINI MASIH MARAH, BERTERIAK, DAN MEMUKUL ANAK ?

Dearest Super Mom and Dad yang penuh cinta…
Biasanya nih, kalau sudah frustasi, bingung, dan merasa lelah, gara-gara sang buah hati tidak mau menuruti perintah kita, kita menampilkan wajah yang menyeramkan sambil mengucapkan kata-kata yang keras dan sedikit kasar – plus bonus cubitan atau pukulan. Memang, sepertinya itu adalah senjata yang paling efektif menghentikan prilaku dan sikap buruk yang ditampilkan anak, walau sementara.

Sekarang, yuuk coba kita kaji lebih dalam sikap yang sudah menjadi kebiasaan kita itu;

1. Sikap tersebut menandakan “ketidaksiapan” kita menjadi orang tua.

Ya, kita tidak siap untuk mendengar rengekan dari anak kedua kita yang diganggu kakaknya, kita tidak siap untuk memberikan bimbingan padanya saat guru menegur kita sebagai ortunya karena nilainya buruk, kita tidak siap mendengar omongan tetangga yang membicarakan kenakalan anak kita, kita tidak siap untuk mendidiknya untuk menjadi pribadi yang lebih mulia dari apa-apa yang dibicarakan tentang anak kita di luar sana, dan …kita tidak siap untuk …. mencintai buah hati kita dengan segala kekurangannya.

2. Sikap tersebut menandakan “keegoan” kita sebagai orang tua.

Yaa..... bagi sebagian besar ortu, bereaksi terhadap prilaku dan kekurangan putra-putrinya dengan mengedepankan ego sebagai ortu, yaitu rasa malu sebagai orang tuanya. Pernahkah kita berpikir... kesalahan buah hati kita merupakan bagian dari proses ia belajar memahami kehidupan. Pernahkah kita merenungkan, mereka butuh itu untuk menyempurnakan dirinya.

Dan yang terpenting dari itu semua, pernahkah kita sadar.... betapa malasnya kita mencoba mengantarkan mereka memahami arti dari kesalahannya serta manfaat yang dapat diambilnya. Pernahkah kita merasakan, bahwa apa yang mereka lakukan hari ini .... adalah bagian dari investasi amal, prilaku dan keteladanan dari apa yang pernah kita tunjukkan kepada mereka....

So… sahabat yang penuh kasih, bukan saatnya lagi untuk mengedepankan rasa malu, merasa terganggu, dan perasaan-perasaan “pribadi” kita lainnya dalam menyikapi prilaku sang buah hati.

3. Amarah dan hukuman yang keras hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah daripada penyelesaiannya.

Tanpa sadar, teriakan amarah dan pukulan adalah jenis perhatian yang salah yang menjadi satu-satunya perhatian yang kita berikan pada anak yang ‘bermasalah’. Jika itu kenyataannya, maka mereka akan berprilaku buruk hanya untuk ‘mencari perhatian’ kita.

4. Bentakan dan hukuman hanya menyembunyikan prilaku buruk.

“ Awas sekali lagi ya, Ayah tidak mau melihat kamu melakukan hal itu lagi !”. Kalimat yang biasanya dilontarkan saat melihat sang buah hati melakukan kesalahan dan prilaku buruk. Tapi sadarkah kita, hukuman dan bentakan hanya menyembunyikan prilaku buruk sang buah hati dari hadapan kita, namun tidak mencegah buah hati kita melakukannya kepada orang lain dimana saat kita tidak ada.

5. Amarah dan pukulan menghantarkan anak kita pada tingkat perkembangan moral yang paling rendah.

Berdasarkan hirarki perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg – mengikuti peraturan hanya untuk menghindari hukuman adalah tingkat terendah dari sikap moral seseorang. Sehingga jika kita secara konsisten melakukan bentakan dan pukulan sebagai hukuman kepada anak kita yang melakukan prilaku buruk, kita cenderung menghentikan mereka pada tingkat perkembangan moral yang terendah – mereka berniat menghindari hukuman, bukannya melakukan apa yang baik atau benar yang merupakan tingkat yang paling tinggi.

6. Memukul merupakan pengalaman awal yang diperoleh anak dalam hal kekerasan.

Anak-anak belajar kekerasan dari prilaku dan contoh orang dewasa yang melakukan kekerasan pada dirinya, terutama dari orang tua mereka. Bayangkan, betapa sulitnya kita mencegah anak kita untuk memukul – sementara kita memukul mereka.

7. Bentakan dan cacian; menjadi batubata awal penyusunan konsep diri sang buah hati.

Biasanya saat ortu marah selalu diiringi dengan kata-kata yang menyakitkan dan merendahkan anak. Bahkan jika kontinyu menjurus pada labeling di jiwa anak. Yuuk, kita sadarkan diri kita dengan kutipan puisi berjudul

“Children Learn What They Live”……. karya Dorothy Law Nolte;

Jika anak dibesarkan dengan celaan ia belajar memaki,
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi,
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ia belajar rendah diri,
Jika anak dibesarkan dengan hinaan ia belajar menyesali diri,
Jika anak dibesarkan dengan toleransi ia belajar menahan diri,
Jika anak dibesarkan dengan dorongan ia belajar percaya diri,
Jika anak dibesarkan dengan pujian ia belajar menghargai,
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Dearest Super Mom and Dad yang penuh cinta……….

Untuk itu, kami menantikan sharingnya atas judul diskusi kita yang sangat penting ini. Tapi sebelumnya, tanpa bermaksud menyalahkan, saya menyarankan kata “marahin” kita ganti dengan kata lain. Mungkin dengan kata menegur atau meluruskan.

“ Cara Menegur Yang Baik Kepada Sang Buah Hati “

Oke, Please share with us…….. dengan mengunjungi group "BINCANG ANAK" dan menuliskan sharing ide, pengalaman, tips and trik di Discussion Board

Salam Bahagia….
Pak Eri

NOT PURSUIT OF HAPPINESS, BUT CREATE IT..!


Dulu.. ku menganggap kebahagiaan bagaikan burung. Ku kejar tuk menangkapnya.
Namun, semakin ku berusaha mengejarnya, semakin ku merasa hampa
dan menjauh dr mrk yg menjadi alasan ku menggapai kebahagiaan itu.

Kini ku sadar, mengapa aku tidak menjadikan diri dan kehidupanku layaknya pohon besar yg rindang dan berbuah ranum?, yang dengannya kan mengundang burung2x kebahagiaan hadir & membuat sarangnya di pohon itu, dgnya akan membawa keteduhan & kebahagiaan pula bagi manusia lainnya.....

Dulu… ku menganggap kebahagiaan itu bagaikan sebuah taman yang indah penuh dengan bunga-bunga yang cantik.
Ku cari ke setiap sudut muka bumi ini, tak jua ku temukan. Seakan tak ada lagi yang lebih indah dari taman impianku itu - yang membuatku menampikkan semua keindahan yang sudah ku miliki dan yang ku jumpai dalam perjalanan pencarian taman kebahagiaan.

Kini ku sadari, mengapa tidak ku ciptakan saja taman itu ?

dengan bunga-bunga indah yg sudah lama tertanam di halaman rumahku
dengan ikan-ikan yg dengan kasih sayang telah dipelihara anakku
dengan burung-burung cantik yang lama bertengger di atap rumahku
dengan hiasan-hiasan taman yang ku jumpai selama perjalanan pencarianku.

Ya, menciptakan taman kebahagiaanku bersama dengan orang-orang yang ku cintai.
Dengannya, mudah bagiku menjelaskan arti kebahagiaan bagi isteri yang setia menua bersamaku. Dengannya, terang bagi anak-anakku memaknai dan menemukan tujuan dari kebahagiaan itu. Dengannya, memudahkan orang-orang yang mengenalku menggapai taman kebahagiaannya…..

MENGHADIRKAN CINTA


Kehidupan adalah sebuah pengembaraan. Tujuan akhir dari pengembaraan ini adalah meraih cinta dan ridho-Nya untuk meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Sahabat .... setiap kita punya banyak peran dalam kehidupan ini. Dan sesungguhnya peran-peran tersebut adalah sarana untuk menghadirkan cinta-Nya dalam hidup kita. Maka cintailah orang tua kita, cintailah suami atau istri kita, cintailah anak-anak kita, cintailah tetangga kita, cintailah saudara-saudara kita, dan cintailah makhluk Allah yang ada di muka bumi ini. Karena.... kemampuan mencintai dan berkasih sayang itu adalah anugerah dari Dia yang Maha Penyayang bagi hamba-Nya yang setia pada-Nya dan selalu berbuat kebaikan.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS.Maryam:96)

Sahabat .... jika kita ingin menghadirkan cinta dalam kehidupan,

Maka dekaplah Sang Maha Kasih .. yang dengan-Nya pancaran cinta menyelimuti jiwa dan raga
Yang dengan cahaya cinta itu .... kita mampu memberikan perasaan cinta kepada semua makhluk.

Yang dengan cahaya cinta itu ..... kita mampu memberi ketenangan bagi mereka yang kita cintai.
Ya, kehadiran kita membawa ketenangan dan kedamaian jiwa-jiwa yg gelisah. Karena cinta yg mengakibatkan kegelisahan jiwa, sesungguhnya itu bukanlah cinta.

Yang dengan cahaya cinta itu ..... kita mampu bersabar atas kekurangan orang yg kita cintai dan menjadikannya ladang amal tuk menggapaii cinta-Nya. Tidak ada istilah dikhianati cinta. Yang ada adalah ujian kecintaan. Kesetiaan kita pada cinta-Nya - membuat kita setia memberikan pelayanan dan menampilkan sikap terbaik di kala kepahitan dan kekecewaan melanda akibat sikap dari orang-orang yang kita cintai.

Yang dengan cahaya cinta itu ..... kita mampu memangkas rasa sakit hati dan kekecewaan dengan pisau pengertian. Ya, pengertian akan nilai cinta tertinggi mengantarkan kita untuk mampu belajar sabar dari mereka yang emosional, belajar memaafkan dari mereka yang pendendam, belajar mencintai dari mereka yang membenci, belajar setia dari mereka yang tak setia, belajar santun dari mereka yang kasar, dan belajar berkasih sayang dari mereka yg menebarkan permusuhan.

Yang dengan cahaya cinta itu .....kita mampu mampu memberikan harapan optimisme bagi mereka. Ya cinta yang tulus mampu membangkitkan mereka yang terpuruk, memotivasi mereka yang kalah, menyemangati mereka yang putus asa, menegakkan kepala mereka yang terhina, dan memberanikan jiwa mereka yang lemah.

Yang dengan cahaya cinta itu ......... kita mampu menghadirkan keajaiban cinta dalam kehidupan kita dan bagi orang-orang yang kita cintai.

Tangerang, 29 September 2009
Pak eri

CINTA YANG TERABAIKAN


Ya Pak... saya lelah sendiri berjuang... Papanya Ridho (bukan nama sebenarnya, red) selalu menyalahkan Ridho. Ridho selalu dianggap orang dewasa. Saya lelah sekali.. semuanya saya semuanya saya... saya teramat sangat lelah....!

Dearest all Super Mom & Super Dad,…….

Sebuah ungkapan hati seorang ibu, yang menyadarkanku akan betapa besarnya pengorbanan dari peran yang dilakukan seorang isteri. Sekaligus, membongkar keegoisan diri ini yang selalu melimpahkan semua kesalahan kepada isteri. Serta kelalaianku mendidik buah hati tercinta.

Wabil khusus di saat-saat menerima rapot atau hasil ujian. Manakala sang buah hati gagal mendapatkan nilai terbaiknya, kita para ayah langung menunjuk satu orang yang “patut disalahkan” yaitu ibunya anak-anak.

“ Kan ibu yang sering di rumah, yang paling banyak interaksinya, yang dekat sama anak-anak. Ayah udah capek nyari nafkah. Kan sudah ikut les bimbel dan privat. Masa masih jelek juga. Pasti ibu gak pernah ngecek dan mengevaluasi kemajuan anak kita. Ibu tahu kan – pendidikan yang utama kan di keluarga, di ibu..!”. Untaian kata penuh pembelaan diri yang biasa diucapkan suami ke isteri yang dinikahkannya untuk saling berbagi.

“ Kamu juga Nak. Tidak menghargai kerja keras ayahmu. Kamu harus bertanggung jawab atas kehidupanmu sendiri. Kamu pasti main-main mulu jarang belajar. Kamu udah bikin malu ayah dengan nilai seperti itu…!”. Kata-kata kasar sebagai hadiah akhir semester untuk sang anak.

Ayah lebih berperan sebagai hakim yang tegas menyalahkan terdakwa, algojo yang memberikan hukuman tanpa belas kasihan, pengacara yang berupaya membuat argument untuk menyelamatkan dirinya dari kesalahan, Assessor yang melakukan penilaian atas kekurangan, dan pahlawan kesiangan yang merasa besar jasanya.
Padahal, dulu kita menikahi isteri tercinta dengan ikrar untuk mendampinginya dalam setiap kondisi, membantunya menghadapi masalah, menjadi pendengar yang baik untuk setiap keluh kesahnya, menjadi partner membimbing buah hati tercinta yang diamanahkan Allah, dan bersama-sama menghantarkan keluarga ini menuju surga Allah dengan menggapai Ridho-Nya.

Teruntuk Sahabat tercinta yang telah mengirimkan ‘ungkapan hatinya’, terima kasih telah menyadarkan kami atas tugas dan tanggung jawab.

Untuk isteriku tersayang….. maafkan aku. Bukannya aku tak lagi mencintaimu hingga bersikap seperti ini. Namun ku akui, egoku mengalahkan rasa cintaku padamu. Dengan alasan untuk menggapai keberhasilan yang akan mengantarkan keluarga kita pada kebahagiaan, aku hancurkan kebahagiaan mu dan kebahagiaan anak-anak kita.

“ Ya Ilahi Yang Maha Memiliki, Yang Maha Mencintai dan Mengasihi. Limpahkan rasa cinta dalam diri ini kepada-Mu. Yang dengan rasa cinta itu aku mampu menebarkan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang yang ku cintai, dan menjadikan diri ini kecintaan dalam hati mereka. “

Masjid Shirotol Mustaqim, Jasa Marga , 25 Juni 2009 01;30 wib