Senin, 19 Juli 2010

CINTA YANG TERABAIKAN


Ya Pak... saya lelah sendiri berjuang... Papanya Ridho (bukan nama sebenarnya, red) selalu menyalahkan Ridho. Ridho selalu dianggap orang dewasa. Saya lelah sekali.. semuanya saya semuanya saya... saya teramat sangat lelah....!

Dearest all Super Mom & Super Dad,…….

Sebuah ungkapan hati seorang ibu, yang menyadarkanku akan betapa besarnya pengorbanan dari peran yang dilakukan seorang isteri. Sekaligus, membongkar keegoisan diri ini yang selalu melimpahkan semua kesalahan kepada isteri. Serta kelalaianku mendidik buah hati tercinta.

Wabil khusus di saat-saat menerima rapot atau hasil ujian. Manakala sang buah hati gagal mendapatkan nilai terbaiknya, kita para ayah langung menunjuk satu orang yang “patut disalahkan” yaitu ibunya anak-anak.

“ Kan ibu yang sering di rumah, yang paling banyak interaksinya, yang dekat sama anak-anak. Ayah udah capek nyari nafkah. Kan sudah ikut les bimbel dan privat. Masa masih jelek juga. Pasti ibu gak pernah ngecek dan mengevaluasi kemajuan anak kita. Ibu tahu kan – pendidikan yang utama kan di keluarga, di ibu..!”. Untaian kata penuh pembelaan diri yang biasa diucapkan suami ke isteri yang dinikahkannya untuk saling berbagi.

“ Kamu juga Nak. Tidak menghargai kerja keras ayahmu. Kamu harus bertanggung jawab atas kehidupanmu sendiri. Kamu pasti main-main mulu jarang belajar. Kamu udah bikin malu ayah dengan nilai seperti itu…!”. Kata-kata kasar sebagai hadiah akhir semester untuk sang anak.

Ayah lebih berperan sebagai hakim yang tegas menyalahkan terdakwa, algojo yang memberikan hukuman tanpa belas kasihan, pengacara yang berupaya membuat argument untuk menyelamatkan dirinya dari kesalahan, Assessor yang melakukan penilaian atas kekurangan, dan pahlawan kesiangan yang merasa besar jasanya.
Padahal, dulu kita menikahi isteri tercinta dengan ikrar untuk mendampinginya dalam setiap kondisi, membantunya menghadapi masalah, menjadi pendengar yang baik untuk setiap keluh kesahnya, menjadi partner membimbing buah hati tercinta yang diamanahkan Allah, dan bersama-sama menghantarkan keluarga ini menuju surga Allah dengan menggapai Ridho-Nya.

Teruntuk Sahabat tercinta yang telah mengirimkan ‘ungkapan hatinya’, terima kasih telah menyadarkan kami atas tugas dan tanggung jawab.

Untuk isteriku tersayang….. maafkan aku. Bukannya aku tak lagi mencintaimu hingga bersikap seperti ini. Namun ku akui, egoku mengalahkan rasa cintaku padamu. Dengan alasan untuk menggapai keberhasilan yang akan mengantarkan keluarga kita pada kebahagiaan, aku hancurkan kebahagiaan mu dan kebahagiaan anak-anak kita.

“ Ya Ilahi Yang Maha Memiliki, Yang Maha Mencintai dan Mengasihi. Limpahkan rasa cinta dalam diri ini kepada-Mu. Yang dengan rasa cinta itu aku mampu menebarkan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang yang ku cintai, dan menjadikan diri ini kecintaan dalam hati mereka. “

Masjid Shirotol Mustaqim, Jasa Marga , 25 Juni 2009 01;30 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar